Rabu, 31 Desember 2014

Film "Laskar Pelangi"



“Laskar Pelangi”
I.                  Informasi
Pemain            : Ikal (Zulfani), Lintang (Ferdian), Mahar (Veris Yamarno), Ibu Muslimah (Cut Mini), Pak Harfan (Ikranagara), Pak Mahmud (Tora Sudiro), Zulkarnaen (Slamet Rahardjo), Bapak Ikal (Mathias Muchus), Ibu Ikal (Rieke Diah Pitaloka),Ikal Dewasa ( Lukman Sardi ), Lintang Dewasa (Ario Bayu), Pak Bakri (Teuku Rifnu Wikana), Bapak Lintang (Alex Komang), Istri Pak Harfan (Jajang C.Noer), Ayah A Ling (Roby Tumewu), Kucai ( Yogi Nugraha), Syahdan (M. Syukur Ramadan), A Kiong (Suhendri), Borek (Febriansyah), Trapani (Suharyadi), Harun (Jefry Yanuar), Sahara (Dewi Ratih Ayu), Flo (Marcella), A Ling (Levina)
Produser         : Mira Lesmana
Sutradara       : Riri Riza
Durasi             : 125 Menit.

II.               Sinopsis
Sebuah film yang merupakan adaptasi dari sebuah novel berjudul “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata. Berawal dari Ikal yang diperankan oleh Lukman Sardi ( anak asli Pulau Belitong ) yang berkunjung ke kampung halamannya. Ia mengantarkan cerita pada masa kecil di pulau tersebut, cerita tentang pertama kalinya ia masuk sekolah SD Muhammadiyah. Kelas baru yang berusaha dibuka oleh 2 orang guru yang hebat bu Muslimah & pak Harfan, sekolah yang memiliki syarat untuk membuka sekolah tersebut dimana harus memiliki 10 orang murid. Saat itu masih hanya 9 orang, kemudian harun yang menyelamatkan anak-anak yang ingin bersekolah sebagai siswa yang ke-10. Maka terbentuklah Laskar Pelangi dari 10 orang murid itu yang terdiri dari Ikal, Lintang, Mahar, Borek, A-Kiong, Kucai, Syahdan, Borek, Trapani, Sahara dan Harun.
5 tahun bersama bu muslimah, pak harfan, dan ke-10 anak Laskar Pelangi itu banyak melawati aral melintang. Namun dengan keunikan dan keistimewaan anak-anak tersebut membuat alur cerita lebih seru.
Banyak cerita yang membuat saya tertawa, seperti saat adegan ikal yang jatuh cinta kepada a-ling, hanya melihat tangan a-ling hatinya langsung berbunga-bunga. Saat mahar menghibur menghibur ikal dengan nyanyian bunga seroja dan diiringi tarian anak-anak laskar pelangi, itu merupakan adegan yang membuat saya tertawa terbahak-bahak. Adegan yang menurut saya menegangkan adalah saat lomba cerdas cermat, dimana seorang lintang yang telat karena di perjalanan ada seekor buaya yang berada di jalan sehingga ia tidak bisa lewat.
Film ini berceritakan tentang bagaimana anak-anak di salah satu pulau terindah di Indonesia. Dimana mereka harus berjuang untuk bersekolah. Cerita ke-10 anak Laskar Pelangi yang terus berjuang untuk menggapai mimpi mereka, serta keindahan persahabatan yang menyelamatkan hidup manusia.

III.           Masalah Sosial dalam film ini
Andrea Hirata banyak menggambarkan permasalahan sosial yang dialami oleh masyarakat Belitong. Permasalahan tersebut salah satunya mengenai pendidikan.
Di dalam Film tersebut menggambarkan bahwa pendidikan di negeri ini masih tidak berpihak pada orang miskin. Bagi sebagian masyarakat Indonesia yang masih hidup dalam garis kemiskinan, pendidikan adalah sesuatu yang harus dibayar mahal. Oleh karena itu, pendidikan untuk anak-anak seringkali diabaikan.
Bukan karena mereka tidak menyadari pentingnya pendidikan, tetapi karena uang yang mereka dapatkan seringkali hanya cukup untuk biaya makan sehari-hari. Akibatnya, anak-anak mereka yang seharusnya masih belum cukup umur untuk bekerja seringkali dipaksa mencari nafkah untuk membantumenghidupi keluarganya. Dengan menyekolahkan anak, itu berarti menutup kesempatan untuk mempekerjakan si anak secara penuh waktu demi membantu mengurangi beban hidup yang semakin berat. Mereka enggan menyekolahkan anaknya,selain karena alasan ekonomi, juga karena anggapan bahwa pendidikan tidak dapat mengubah nasib mereka lebih baik.Hal yang demikian ini terjadi juga di Belitong.
Banyak orang tua yang menyerahkan anak laki-lakinya pada pedagang pasar untuk menjadi tukang parut atau pada juragan pantai untuk menjadi kuli kopra agar dapat membantu ekonomi keluarga .Di kalangan bawah, menyekolahkan anak berarti mengikatkan diri pada beban biaya yang harus ditanggung selama belasan tahun dan hal itu bukan perkara gampang bagi mereka. Para orang tua itu sama sekali tak yakin bahwa pendidikan anaknya yang hanya mampu mereka biayai paling tinggi sampai SMP akan dapat mempercerah masa depan keluarga.

Masalah ini bukan hanya ditujukan kepada para orang tua melainkan kepada sang subyek yaitu anak. Pemerintah hanya sebagai mediator atau pembantu dalam mengatasi masalah ini. Orang tua dan anak pada dasarnya harus memiliki dasar pemikiran yang sama mengenai pendidikan. Si anak dapat mengerti bagaimana pendidikan itu nantinya jika orang tua nya mau membuka mata lebih jauh lagi. Seperti Ayahnya Lintang yang berpikiran menyekolahkan anak tertuanya Lintang.
Ketika orang tua dan anak telah menyatu pikirannya, maka semakin mudah langkah yang akan di ambil dan disinilah peran pemerintah sebagai mediator dalam mewujudkan impian sebuah keluarga yang kurang mampu. Perubahan ini perlu dilakukan demi memajukan negeri kita tercinta.


IV.            Kesimpulan
Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan persoalan pendidikan yang seperti ini, terutama untuk daerah pedalaman yang juga sulit untk mendapatkan informasi. Karena setiap warga negara berhak mendapatkan semua haknya termasuk dalam bidang pendidikan ini.