“Laskar Pelangi”
Produser : Mira Lesmana
Sutradara : Riri Riza
Durasi : 125 Menit.
II.
Sinopsis
Sebuah film yang merupakan adaptasi dari sebuah
novel berjudul “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata. Berawal dari Ikal yang
diperankan oleh Lukman Sardi ( anak asli Pulau Belitong ) yang berkunjung ke
kampung halamannya. Ia mengantarkan cerita pada masa kecil di pulau tersebut,
cerita tentang pertama kalinya ia masuk sekolah SD Muhammadiyah. Kelas baru
yang berusaha dibuka oleh 2 orang guru yang hebat bu Muslimah & pak Harfan,
sekolah yang memiliki syarat untuk membuka sekolah tersebut dimana harus
memiliki 10 orang murid. Saat itu masih hanya 9 orang, kemudian harun yang
menyelamatkan anak-anak yang ingin bersekolah sebagai siswa yang ke-10. Maka
terbentuklah Laskar Pelangi dari 10 orang murid itu yang terdiri dari Ikal,
Lintang, Mahar, Borek, A-Kiong, Kucai, Syahdan, Borek, Trapani, Sahara dan
Harun.
5 tahun bersama bu muslimah, pak harfan, dan ke-10 anak Laskar Pelangi itu
banyak melawati aral melintang. Namun dengan keunikan dan keistimewaan
anak-anak tersebut membuat alur cerita lebih seru.
Banyak cerita yang membuat saya tertawa, seperti saat adegan ikal yang jatuh
cinta kepada a-ling, hanya melihat tangan a-ling hatinya langsung
berbunga-bunga. Saat mahar menghibur menghibur ikal dengan nyanyian bunga
seroja dan diiringi tarian anak-anak laskar pelangi, itu merupakan adegan yang
membuat saya tertawa terbahak-bahak. Adegan yang menurut saya menegangkan
adalah saat lomba cerdas cermat, dimana seorang lintang yang telat karena di
perjalanan ada seekor buaya yang berada di jalan sehingga ia tidak bisa lewat.
Film ini berceritakan tentang bagaimana anak-anak di salah satu pulau
terindah di Indonesia. Dimana mereka harus berjuang untuk bersekolah. Cerita
ke-10 anak Laskar Pelangi yang terus berjuang untuk menggapai mimpi mereka,
serta keindahan persahabatan yang menyelamatkan hidup manusia.
III.
Masalah Sosial dalam film ini
Andrea Hirata banyak
menggambarkan permasalahan sosial yang dialami oleh masyarakat Belitong.
Permasalahan tersebut salah satunya mengenai pendidikan.
Di dalam Film tersebut
menggambarkan bahwa pendidikan di negeri ini masih tidak berpihak pada orang
miskin. Bagi sebagian masyarakat Indonesia yang masih hidup dalam garis
kemiskinan, pendidikan adalah sesuatu yang harus dibayar mahal. Oleh karena
itu, pendidikan untuk anak-anak seringkali diabaikan.
Bukan karena mereka
tidak menyadari pentingnya pendidikan, tetapi karena uang yang mereka dapatkan
seringkali hanya cukup untuk biaya makan sehari-hari. Akibatnya, anak-anak
mereka yang seharusnya masih belum cukup umur untuk bekerja seringkali dipaksa
mencari nafkah untuk membantumenghidupi keluarganya. Dengan menyekolahkan anak,
itu berarti menutup kesempatan untuk mempekerjakan si anak secara penuh waktu
demi membantu mengurangi beban hidup yang semakin berat. Mereka enggan
menyekolahkan anaknya,selain karena alasan ekonomi, juga karena anggapan bahwa
pendidikan tidak dapat mengubah nasib mereka lebih baik.Hal yang demikian ini
terjadi juga di Belitong.
Banyak orang tua yang
menyerahkan anak laki-lakinya pada pedagang pasar untuk menjadi tukang parut
atau pada juragan pantai untuk menjadi kuli kopra agar dapat membantu ekonomi
keluarga .Di kalangan bawah, menyekolahkan anak berarti mengikatkan diri pada
beban biaya yang harus ditanggung selama belasan tahun dan hal itu bukan
perkara gampang bagi mereka. Para orang tua itu sama sekali tak yakin bahwa
pendidikan anaknya yang hanya mampu mereka biayai paling tinggi sampai SMP akan
dapat mempercerah masa depan keluarga.
Masalah ini bukan hanya
ditujukan kepada para orang tua melainkan kepada sang subyek yaitu anak.
Pemerintah hanya sebagai mediator atau pembantu dalam mengatasi masalah ini.
Orang tua dan anak pada dasarnya harus memiliki dasar pemikiran yang sama
mengenai pendidikan. Si anak dapat mengerti bagaimana pendidikan itu nantinya
jika orang tua nya mau membuka mata lebih jauh lagi. Seperti Ayahnya Lintang
yang berpikiran menyekolahkan anak tertuanya Lintang.
Ketika orang tua dan anak telah menyatu pikirannya, maka semakin mudah langkah
yang akan di ambil dan disinilah peran pemerintah sebagai mediator dalam
mewujudkan impian sebuah keluarga yang kurang mampu. Perubahan ini perlu
dilakukan demi memajukan negeri kita tercinta.
IV. Kesimpulan
Pemerintah seharusnya
lebih memperhatikan persoalan pendidikan yang seperti ini, terutama untuk
daerah pedalaman yang juga sulit untk mendapatkan informasi. Karena setiap
warga negara berhak mendapatkan semua haknya termasuk dalam bidang pendidikan
ini.