BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengelolaan lingkungan termasuk
pencegahan, penanggulangan kerusakan,
pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Upaya pengelolaan lingkungan yang ditujukan untuk
mencegah dan atau memperkecil dampak negatif yang dapat timbul dari kegiatan
produksi dan jasa di berbagai sektor industri belum berjalan secara terencana. Biaya
pengolahan dan pembuangan limbah semakin mahal
dan dana pembangunan,
pemeliharaan fasilitas bangunan air limbah yang terbatas, menyebabkan
perusahaan enggan menginvestasikan dananya untuk pencegahan kerusakan
lingkungan, dan anggapan bahwa biaya untuk
membuat unit IPAL merupakan beban biaya yang besar yang dapat mengurangi
keuntungan perusahaan.Tingkat pencemaran baik kualitas maupun kuantitas semakin
meningkat, akibat perkembangan penduduk dan ekonomi, termasuk industri di
sepanjang sungai yang tidak melakukan pengelolaan air limbah industrinya secara
optimal.Perilaku sosial masyarakat dalam hubungan dengan industri memandang
bahwa sumber pencemaran di sungai adalah berasal dari buangan industri,
akibatnya isu lingkungan sering dijadikan
sumber konflik untuk melakukan tuntutan kepada industri berupa perbaikan
lingkungan, pengendalian pencemaran, pengadaan sarana dan prasarana yang rusak
akibat kegiatan industri.Adanya Peraturan Pemerintah tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran
air nomor: 82 Tahun 2001, meliputi standar lingkungan, ambang batas pencemaran
yang diperbolehkan, izin pembuangan limbah cair, penetapan sanksi administrasi
maupun pidana belum dapat menggugah industri untuk melakukan pengelolaan air
limbah.
1.2
Masalah dan Batasan Masalah
1.2.1
Masalah
Perumusan masalah pada penulisan ini
menjelaskan tentang pengolahan dan instalasi penanganan pencemaran air limbah yang
baik dan benar.
1.2.2
Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah diperlukan agar tidak menyimpang dalam
pembahasan mengenai semua permasalahan. Berikut ini adalah pembatasan yang
diperlukan untuk membatasi masalah-masalah tersebut :
1) Penanganan
pencemaran limbah cair
2) Tidak merugikan
di sekitar daerah tersebut
3) Menggunakan
metode-metode yang baik dan benar.
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan laporan akhir praktikum
ini memiliki tujuan-tujuan yang diharapkan bisa membantu dan bermanfaat bagi
para praktikum. Tujuan-tujuan dari laporan akhir praktikum saya adalah sebagai
berikut :
1) Sebagai salah satu syarat dan pelengkap
dalam mata kuliah Teknik Lingkungan dan AMDAL(Softskill).
2) Mempelajar mengenai pengolahan limbah yang
baik dan benar.
3) Mengetahui
cara bekerja dengan baik sesuai dengan keselamatan kerja.
1.4
Manfaat Penulisan
1) Penulis dan pembaca dapat mengetahui
tentang proses pengerjaan pengolahan limbah.
2) Penulis dan pembaca dapat mengetahui
komponen-komponen yang digunakan.
3) Memberikan pengetahuan tentang
proses penanganan limbah cair
1.6 Sistematika
Penulisan
Untuk memudahkan dalam membahas dan memahami keseluruhan dari isi
penyusunan laporan akhir proses produksi ini, penulis menggunakan sistematika
penyusunan dari masing-masing bab adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab
ini merupakan pendahuluan dari penyusunan laporan akhir proses produksi yang
berisikan latar belakang, masalah dan
batasan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan
Teori
Bab ini
menjelaskan mengenai materi dan teori yang melandasi penyusunan penulisan, isi materi.
BAB III Penutup
Bab ini
berisikan kesimpulan dan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Air
Limbah
Limbah merupakan bahan
buangan yang berbentuk cair, gas dan padat yang mengandung bahan kimia yang
sukar untuk dihilangkan dan berbahaya sehingga air limbah tersebut harus diolah
agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan.
Air limbah yaitu air dari suatu daerah permukiman
yang telah dipergunakan untuk berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang
untuk menjaga lingkungan hidup yang sehat dan baik.
Unsur – unsur dari suatu sistem pengolahan air
limbah yang modern terdiri dari :
1. Masing – masing sumber air limbah
2. Sarana pemrosesan setempat
3. Sarana pengumpul
4. Sarana penyaluran
5. Sarana pengolahan, dan
6. Sarana pembuangan.
Dan dua faktor yang penting yang harus diperhatikan
dalam sistem pengolahan air limbah yaitu jumlah dan mutu.
Ciri- Ciri Air Limbah
Disamping kotoran yang biasanya terkandung dalam
persediaan air bersih air limbah mengandung tambahan kotoran akibat pemakaian
untuk keperluan rumah tangga, komersial dan industri. Beberapa analisis yang
dipakai untuk penentuan ciri – ciri fisik, kimiawi, dan biologis dari kotoran
yang terdapat dari air limbah.
- Ciri-ciri fisik
Ciri – ciri fisik utama air limbah adalah kandungan
padat, warna, bau, dan suhunya.
Bahan padat total terdiri
dari bahan padat tak terlarut atau bahan padat yang terapung serta senyawa –
senyawa yang larut dalam air. Kandungan bahan padat terlarut ditentukan dengan
mengeringkan serta menimbang residu yang didapat dari pengeringan.
Warna adalah ciri
kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji kondisi umum air limbah. Jika
warnanya coklat muda, maka umur air kurang dari 6 jam. Warna abu – abu muda
sampai setengah tua merupakan tanda bahwa air limbah sedang mengalami
pembusukanatau telah ada dalam sistem pengumpul untuk beberapa lama. Bila
warnanya abu – abu tua atau hitam, air limbah sudah membusuk setelah mengalami
pembusukan oleh bakteri dengan kondisi anaerobik.
Penentuan bau menjadi
semakin penting bila masyarakat sangat mempunyai kepentingan langsung atas
terjadinya operasi yang baik pada sarana pengolahan air limbah. Senyawa utama
yang berbau adalah hidrogen sulfida, senyawa – senyawa lain seperti indol
skatol, cadaverin dan mercaptan yang terbentuk pada kondisi anaerobik dan
menyebabkan bau yang sangat merangsang dari pada bau hidrogen sulfida.
Suhu air limbah
biasanya lebih tinggi dari pada air bersih karena adanya tambahan air hangat
dari pemakaian perkotaan. Suhu air limbah biasanya bervariasi dari musim ke
musim, dan juga tergantung pada letak geografisnya.
- Ciri-ciri kimia
Selain pengukuran BOD, COD dan TOC pengujian kimia
yang utama adalah yang bersangkutan dengan Amonia bebas, Nitrogen organik,
Nitrit, Nitrat, Fosfor organik dan Fosfor anorganik. Nitrogen dan fosfor sangat
penting karena kedua nutrien ini telah sangat umum diidentifikasikan sebagai
bahan untuk pertumbuhan gulma air. Pengujian – pengujian lain seperti Klorida,
Sulfat, pH serta alkalinitas diperlukan untuk mengkaji dapat tidaknya air
limbah yang sudah diolah dipakai kembali serta untuk mengendalikan berbagai
proses pengolahan. (Linsley.K.R. 1995).
2.2 Proses
Penanganan Air Limbah
Instalasi Pengolahan
Air Limbah ada beberapa metode, salah satunya menggunakan Sistem Fluidized Bed
Biofilm Reaktor, dimana dengan system ini digunakan media “Bio-Green”. Unit
proses utama dalam system tersebut adalah proses pengolahan biologis secara
aerobic atau menggunakan oksigen dalam proses pengolahannya. Untuk itu sangat
diperlukan kemampuan teknik proses biologis yang tinggi agar dapat mengontrol
mikroorganisme dalam bioreaktor. Mikroorganisme tersebut sangat dipengaruhi
oleh factor lingkungan seperti DO, pH, Food/Makanan, nutrients, suhu, material
toxic dan keberadaan antibiotic. Dan yang harus diperhatikan benar-benar dalam
sistim ini adalah pengontrolan tingkat ketersediaan makanan bagi mikroorganisme
dan jumlah mikroorganisme itu sendiri.
Adapun tahapan yang digunakan dalam proses
pengolahan air limbah (IPAL) adalah sebagai berikut:
- Tahap Pengumpulan, pada tahap ini air limbah dialirkan dari sumbernya melalui system perpipaan yang tertutup dan pada jarak tertentu harus melewati bak control untuk upaya penyaringan awal dari sampah dan pengendapan Lumpur yang dihasilkan dari feaces.
- Tahap Pre-Treatment, tahap ini hanya terdapat pada daerah yang menimbulkan limbah, contohnya dapur, hal ini diperlukan karena perlu pengolahan awal dari deterjen dan bahan lainnya yang dihasilkan, dan pengolahan lemak/minyak yang dihasilkan dari dapur karena dapat mempengaruhi bakteri
- Tahap Equalisasi/Pengumpulan dan Stabilisasi BOD, pada tahap ini dilakukan pada pumping station 1, station 2, station 3, station 4, dan Lift Station, pada tahap ini diharapkan dapat dihasilkan BOD yang konstan.
- Tahap Penyaringan, tahap ini dilakukan pada Auto Rake Screen dimana melalui tahap ini akan disaring material padat yang dapat merusak mixer dan pompa pada sistim utama. Pada tahap ini diharapkan dapat menurunkan kadar pencemar berupa BOD sebesar 10%, COD 10% dan TSS 80% dari total kadar yang masuk
- Tahap Pengolahan di Bioreaktor, sebelum melewati tahap ini air limbah akan ditampung pada Buffer Basin agar dapat menghasilkan Lumpur aktif dan BOD yang konstan, setelah itu dialirkan kedalam bak Fluidized Bed Biofilm Reaktor (FBBR) dimana pada tahap ini terjadi penguraian bahan polutan yang paling besar sehingga dapat dikatakan merupakan tahap ptoses yang paling penting sehingga kondisi alatnya harus dikontrol secara berkala. Pada tahap ini diharapkan dapat menurunkan kadar bahan pencemar berupa BOD sebesar 84,9%, COD sebesar 79,4%, TSS Sebesar 56%, NH3-Free sebesar 98,5 % dan PO4 sebesar 57,4% dari total kadar yang masuk.
- Tahap Pengendapan Lumpur, Pada tahap ini akan terjadi pengendapan lumpur sehingga air limbah yang telah diolah akan terpisah dari lumpur dan kemudian dikumpulkan pada bak treated water.
- Tahap Filtrasi, pada tahap ini diharapkan dapat menurunkan kadar bahan pencemar berupa BOD sebesar 25%, COD sebesar 11,1% dan TSS sebesar 62% dari total kadar yang masuk
- Tahap Desinfeksi, pada tahap ini dilakukan pembunuhan mikroorganisme yang berbahaya dengan menggunakan cairan Chlor 90% dengan kadar pencairan 0.6 ppm.
Dari
tahap-tahap tersebut diharapkan bisa menghasilkan keluaran pengolahan air
limbah yang memenuhi nilai standarisasi. Kenyataannya saat ini tidak semua
hasil olahan air limbah selalu memenuhi standar baku mutu, hal tersebut
disebabkan berbagai macam factor yang antara lain karena masa pakainya sudah
cukup lama sehingga ada beberapa mesin kinerjanya sudah mulai tidak optimal
sehingga perlu perawatan dan perbaikan, dan bahkan ada yang sudah harus diganti
dengan yang baru, kurangnya fasilitas pemantau efektifitas kerja system IPAL
sehingga jika ada masalah tidak dapat dideteksi secara dini serta ketersediaan
SDM yang bertugas khusus untuk mengawasi jalannya proses pengolahan air limbah
yang masih kurang.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan pada BAB II tersebut dapat disimpulkan mengenai
proses dalam penanganan limbah cair, Sebagai berikut :
1) Dapat mengetahui apakah suatu lingkungan itu tercemar
atau tidak melalui ciri-ciri yang sudah dijelaskan.
2) Limbah cair merupakan salah satu limbah yang dapat diolah
kembali melalui proses-proses tertentu
3) Unit proses utama dalam system penanganan ini adalah
proses pengolahan biologis secara aerobic atau menggunakan oksigen dalam proses
pengolahannya
4) Hasil dari pengolahan limbah cair tersebut tidak dapat
selalu 100% memenuhi standar yang ada.
3.2 Saran
Dilihat dari pembahasan
di atas, kita ataupun industri-industri yang menghasilkan limbah-limbah sebaiknya
lebih bisa meminimalisirnya. Atau dengan menggunakan meode-metode pengolahan
lainnya agar lingkungan ini tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
http://rsulin.kalselprov.go.id/berita-137-instalasi-pengolahan-air-limbah-ipal.html